Sarana Berbagi info, Pengalaman dan ilmu

SKL dan Kisi-Kisi Soal UN 2010

Anda ingin melihat atau download Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kisi-kisi Soal Ujian Nasional 2010 silahkan download di sini

Masih hidup mewakilkan haji

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN JULI 2009

 DESKRIPSI MASALAH

   Seorang laki-laki bernama A berusia kira-kira 60 tahun, kondisi fisiknya masih cukup sehat (pergi ke pasar yang berjarak kira-kira 1 km masih dapat berjalan kaki) hanya saja penglihatannya sudah agak rabun tetapi dalam jarak dekat masih bisa mengenali seseorang. Suatu ketika dia punya biaya untuk menyetor ONH, tetapi dia tidak jadi berangkat sendiri melainkan diwakilkan kepada orang lain.

Pertanyaan:

a.       Sahkah ibadah haji si A tersebut?
Jawaban :
Ibadah haji si A tidak sah.

b.      Sejauh mana batas udzur dalam ibadah haji sehingga bisa di-haji-kan orang lain dalam keadaan masih hidup?
Jawaban :
Apabila ada musyaqqah yang sangat (مشقة شديدة) sekiranya menurut kebiasaan tidak mungkin dapat mengerjakan haji sendiri seperti karena tua renta, sakit parah, dan sebagainya.

Referensi :
1.      Muhadzdzab, Juz I, Hal. 199
2.      I’anah al-Thalibien, Juz II, Hal. 285-286
3.      al-Syarqawy, Juz I, Hal. 516
4.      Bujairimy al al-Khatib, Juz II, Hal. 430
5.      Minhaj al-Thalibin, Juz II, Hal. 114
وعبارته:
1. مهذب، جـ 1، صـ 199
فاما الصحيح الذي لا يقدر على الثبوت على الراحلة فلا يجوز النيابة عنه فى الحج لان الفرض عليه فى بدنه فلا ينتقل الفرض الى غيره الا فى الموضع الذي وردت فيه لرخصة وهو اذا أيس وبقى فيما سواه على الأصل فلا تجوز النيابة عنه فيه وأما المريض فينظر فيه فان كان غير مأبوس منه لم يجز أن يحج عنه غيره لأنه لم يبأس من فعله بنفسه فلا تجوز النيابة عنه فيه كالصحيح –الى ان قال- وإن كان مريضا مأبوسا منه جازت النيابة عنه فى الحج لأنه مأبوس منه فأشبه الزمن والشيخ الكبير اهـ

Mengahadiri Udangan Rentenir

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN JUNI 2009

 DESKRIPSI MASALAH

            Ada orang kaya yang hartanya kebanyakan di hasilkan dari uang haram. Suatu ketika dia  mengadakan sebuah hajatan dengan mengundang sanak keluaga, tetangga, dan orang-orang dekatnya. Biaya dari hajatan tersebut termasuk hidangan yang dia suguhkan bagi para undangan kemungkinan diambilkan dari campur aduk antara harta yang halal dan haram.

Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum menghadiri undanganya ?

Jawaban :
Menghadiri undangan orang kaya tersebut hukumnya makruh.

Catatan Mushahhikh
Menghadiri undangan suatu hajat seseorang yang hartanya ada campur aduk antara harta halal dan haram maka hukumnya dapat dirinci sebagai berikut:
- Apabila dimungkinkan harta haramnya lebih banyak maka hukum menghadirinya makruh sebagaimana dalam masalah di atas.
- Apabila dimungkinkan harta haramnya lebih sedikit maka hukum menghadirinya mubah (boleh), tetapi sebagian ulama berpendapat makruh menghadiri undangannya, baik kemungkinan campur aduknya lebih sedikit atau lebih banyak harta haramnya.
- Apabila diyakini ada campur aduk harta halal dan haram, maka haram menghadirinya, walaupun tidak bermaksud makan hidangannya atau menerima pemberiannya.
Walaupun demikian, sebaiknya kita berbaik sangka kepada orang.

Referensi :
1.  I’anah al-Thalibien, Juz III, Hal. 360
2.  al-Bajuri, Juz II, Hal. 127
3. Nihayah al-Muhtaj, Juz VI, Hal.....
4. Bujairimy al al-Khatib, Juz III, Hal. 455-456
5. al-Siraj al-Wahhaj, Hal. 397

1. اعانة الطالبين، جـ 3، صـ  360
وان لا يدعى لنحو خوف منه أو طعم فى جاهه أو لإعانته على باطل ولا الى شبهة بأن لا يعلم حرام فى ماله أما إذا كان فيه شبهة بأن علم اختلاطه او طعام الوليمة  بحرام وإن قل فلا تجب بل تكره إن كان اكثر ماله حرام فان علم أن عين الطعام حرام حرمت الإجابة وإن لم يرد الأكل منه كما استظهره شيخنا  (قوله ولا الى شبهة الخ) اي وان لا يدعى الى شبهة فى مال الداعى قال فى التحفة اي قوية ثم قال وقيدت بقوية لانه لا يوجد الأن ملك ينفك عن شبهة اهـ

Perseteruan wanita dan walinya dalam memilih suami

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN MEI 2009

Deskripsi Masalah

Bagi sebagian wanita saat ini, memilih pasangan hidup adalah hak mereka. Berbagai kriteria pasangan yang ideal mereka dambakan untuk memilih calon suaminya. Dalam hukum islam, penentuan calon suami di satu sisi hak seorang wanita dan di sisi yang lain walinya (mujbir) juga mempunyai hak dengan ketentuannya masing-masing. Ada seorang gadis berselisih dengan walinya (mujbir) tentang calon pendamping hidupnya. Dia sudah mempunyai pilihan calon suaminya yang kufu’ (sepadan dengannya) sedangkan walinya mempunyai pilihan untuknya yang juga kufu’. Perselisihan tersebut tidak bisa dipertemukan sehingga gadis tersebut menikah dengan menggunakan wali hakim karena menganggap walinya ’adhal.                                                                                                                                         (saail: MWC NU Galis)


Pertanyaan:
  1. Bagaimana kriteria ’adhal-nya seorang wali sehingga perwaliannya bisa pindah ke hakim?

Jawaban:
Kriteria ’adhal-nya seorang wali sehingga perwaliannya bisa pindah ke hakim adalah sebagai berikut:
1.      Ada permintaan dari wanita (mauliyah) untuk menikahkan dirinya dengan laki-laki pilihannya;
2.      Wanita (mauliyah) tersebut sudah mukallaf (aqil dan baligh)
3.      Walinya tidak mau/menolak untuk menikahkan;
4.      Calon suami pilihan wanita tersebut kufu’ (sepadan dengannya) dan sudah ditentukan(كفؤا معينا امينا);
5.      Ke-adhal-an wali tersebut ditetapkan oleh hakim/qadhi

Referensi :
1.      Mughniy al-Muhtaj, Juz III, Hal. 199
2.      al-Syarqawiy, Juz II, Hal. 230
3.      al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba’ah, Juz IV, Hal. 41
4.      Bujairimiy ‘ala al-Khatib, Juz III, Hal 406
5.      Raudhah al-Thalibien, Juz VI, Hal. 53
6.      Hasyiyatan al-Qalyubiy wa ‘Umairah, Juz 3, Hal. 226
7.      al-Majmu’, Juz XVII, Hal. 322
8.      Hamisy al-Iqna’, Juz II, Hal. 127
وعبارته:
1.  وانما يحصل العضل من الولي اذا دعت بالغة رشيدة كانت اوسفيهة الى كفء وامتنع الولي من تزويجه لانه انما يجب عليه تزويجها من كفء فان دعته الى غيره كان له الامتناع لان له حقا فى الكفاءة ويؤخذ من التعليل انها لو دعت الى عنين او مجبوب بالباء لزمه اجابتها فان امتنع كان عاضلا اذ لا حق له فى التمتع بخلاف ما اذا دعته الى اجذم او أبرص او مجنون لانه يعير بذلك وليس له الامتناع لنقصان المهر او لكونه من غير نقد البلد اذا رضيت بذلك لان المهر محض حقها (مغنى المحتاج، جـ3، صـ 199)

Mewakilkan Perwalian Nikah via Telephon atau SMS

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN PEBRUARI-MARET 2009

Deskripsi Masalah

Dalam ketentuan hukum fiqih, semua orang yang disyaratkan dalam akad nikah harus hadir dalam majlis nikah dan pernikahan yang walinya ghaib maka hak perwaliannya adalah wali hakim. Suatu kasus, ada seorang wanita mau menikah sedangkan walinya ada di tempat yang jauh dengan jarak yang diperbolehkan shalat qashar. Karena ada sesuatu hal, dia tidak bisa pulang menghadiri pernikahan sehingga perwaliannya dia wakilkan kepada orang lain dengan via telephon atau sms.

Pertanyaan: 
a. Bolehkah wali tersebut mewakilkan perwaliannya kepada orang lain dengan via telephon atau sms?

Jawaban:
Boleh apabila wali tersebut jelas keberadaanya dan tanpa adanya unsur penipuan.

Referensi :
1. al-Syarqawy ala al-Tahrir, Juz II, Hal. 105
2. Nihayah al-Muhtaj, Juz V, Hal. 27
3. I’anah al-Thalibien, Juz III, Hal. 87
وعبارته:
1.  باب الوكالة هي بفتح الواو او كسرها لغة التفويض وشرعا تفويض شخص أمره الى اخر فيما يقبل النيابة لا ليفعله بعد موته –الى ان قال- واركنها أربعة موكل ووكيل وموكل فيه وصيغة لكن لا يشترط القبول لفظا (قوله وصيغة) كوكلتك فى كذا او وفضت اليك كذا سواء كان ذلك مشافهة او كتابة او مراسلة ويشترط عدم ردها كما يأتى ولا يشترط العلم بها فلو وكله وهو لا يعلم صحت حتى لو تصرف قبل علمه صح كبيع مال ابيه بظن حياته اهـ (الشرقاوى، جـ2، صـ 105)

Pendapatan di luar Gaji Pokok

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN JANUARI 2009

 DESKRIPSI MASALAH

Telah kita ketahui bahwa gaji pokok gubernur, bupati, kepala desa dan lainnya jelas tidak dapat menutup biaya kampanye. Namun masih saja banyak peminatnya, karena hasil ceperan (di luar gaji pokok) lebih banyak seperti proyek tender, uang lembur yang melebihi dari gaji pokok dengan berlipat-lipat. Hal tersebut juga terjadi pada para pejabat birokrasi pemerintahan baik yang berstatus PNS maupun Non PNS yang digaji relatif cukup besar oleh pemerintah. Mereka juga menerima ceperan dari setiap bentuk bantuan/proyek/pemeriksaan berkas-berkas tertentu yang lewat jalur birokrasinya sehingga dana bantuan/proyek tersebut tidak seluruhnya terealisasi pada program yang dituju, tetapi banyak yang tersedot pada pengeluaran ceperan.

Pertanyaan: 
a. Bagaimanakah konsep fiqh tentang pendapatan di luar gaji pokok di atas? 
b. Halalkah pendapatan dari persenan yang didapat dari kontraktor, perizinan dan lain-lainnya?

Jawaban:
a. Pendapatan di luar gaji pokok dalam konsep fiqih dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Risywah, apabila pendapatan yang diterima untuk membatalkan sesuatu yang haq dan membenarkan yang bathil
2. Ghulul/korupsi, apabila pendapatannya dihasilkan dari penyalahgunaan amanah
3. Ujratul Ijarah, apabila didapat dari suatu pekerjaan di luar jam dinas yang ditentukan seperti lembur
4. Hadiah, apabila didapat dari hasil penghargaan suatu pekerjaan
5. Shadaqah, apabila didapat dari pemberi yang bertujuan semata-mata untuk akhirat
6. Ju’alah, apabila didapat dari hasil suatu pekerjaan mubah sebagai imbalan yang dijanjikan oleh pemberi
7. Hibah, apabila didapat dari seseorang yang mengharapkan balasan

b. Mengekor pada jawaban sub (a)

Referensi :
1. Ta’liqah al;Tanbih fi al-Fiqh al-Syafi’i, Hal. 339
2. al-Bajuri, Juz II, Hal. 332
3. al-Mahalli wa Hasyiyah al -Qalyuby, Juz II, Hal. 110-111
4. Mirqat Su’udi al-Tashdiq, Hal. 75-76


وعبارته:
1. الرشوة والهدية متقاربتان قال القاضى ابو القاسم ابن ك ج الفرق بينهما ان الرشوة عطية بشرط ان يحكم له بغير الحق او يمنع من الحكم عليه بحق، والهدية عطية مطلقة وقال الغزالى فى الاحياء المال ان بدل لغرض اجل فهو قربة وصدقة وان بدل لعاجل فان كان لغرض مال فى مقابلته فهي هبة بثواب مشروط او متوقع   وان كان الغرض عمل محرم او واجب متعين فهو رشوة وان كان مباحا فاجارة او جعالة  وان كان للتقرب والتوذذ فان كان لمجرد نفسه فهدية وان كان ليتوسل بجاهه للمبدول له الى اغراض ومقاصد فان كان جاهه  بعلم او بنسب او صلاح فهدية وان كان بالقضاء والعمل بوارية فهو رشوة –الى ان قال- والرشوة حرام على القاضى وغيره من العمال وأمام دفعها فان توصل بها الى تحصيل حق لم يحرم عليه الدفع، وان توصل الى تحصيل باطل او ابطال حق فحرم عليه واما المتوسطة بينهما فهو تابع لموكله منهما له حكمه فى التحريم والتحليل فان توكل لهما جامعا حرم عليه لانه وكيل الأخذ وهو حرام عليه اهـ )تعليقة التنبيه فى فقه الشافعي، صـ  339




Hukum Arisan

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN DESEMBER 2008

 
DESKRIPSI MASALAH

Arisan pada prinsipnya termasuk tolong-menolong antar sesama yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Dalam praktiknya, para anggota mengadakan kesepakatan jumlah nominal iuran, waktu pelaksanaan, bentuk arisan (uang tunai/barang/jasa seperti biaya naik haji) dan sebagainya. Untuk menentukan pemenang (pengambil giliran) dilakukan dengan cara mengundi nomor peserta.
Salah satu tokoh agama berpendapat bahwa dalam praktik arisan tersebut terdapat unsur untung rugi yang mengakibatkan tidak bolehnya praktik tersebut, karena masa tenggang (giliran pemenang arisan) antara anggota yang satu dengan lannya kadang-kadang bersamaan dengan berubahnya nilai mata uang/barang/jasa sehingga yang mendapatkan giliran akhir tentunya dirugikan.

Pertanyaan:
a.  Dinamakan akad apakah praktik arisan tersebut?
b.  Benarkah pendapat tokoh agama tersebut dengan pertimbangan hukum seperti tersebut di atas?
c.  Bolehkah dalam arisan barang/jasa jumlah nominal iuran disesuaikan dengan harga barang/ongkos jasa yang berlaku pada waktu pelaksanaan pegundian arisan?
d.  Kalau tidak boleh (sub b & c), bagaimana solusinya?

Jawaban :
a.  Termasuk akad qardlu (utang piutang)
b.  Tidak benar, kerena akad qardlu mengandung unsur tolong menolong sehingga tidak memperhitungkan unsure untung rugi.
c.  Boleh

Referensi :
1. al-Mahally, Juz II, Hal. 287
2. Hasyiyatan Qalyuby wa ‘Amirah, Juz II, Hal. 321
3. Mughni, Juz II, Hal. 118
4. Nihayah al-Muhtaj, Juz IV, Hal. 225
5. Al-Majmu’, Juz XIII, Hal. 174
6. Hamisy I’anah al-Thalibin, Juz III, Hal. 53
وعبارته :
1.  الاقراض هو تمليك الشيئ على ان يرد بدله اهـ (المحلى، جـ 2، صـ 287)
2.  فرع : الجمعة المشهورة بين النساء بأن تأخذ امرأة من كل واحدة من جماعة منهن قدرا معينا فى كل جمعة او شهر وتدفعه لواحدة بعد واحدة الى اخرهن جائزة كما قاله الولي العراقي  (حاشيتان قليوبى وعميرة، جـ 2، صـ 321)

Undian dan Kuis Berhadiah

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN AGUSTUS 2007

 
DESKRIPSI MASALAH

Beragam cara dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi tertentu untuk mensosialisasikan programnya, di antaranya dengan menggelar suatu even yang melibatkan massa dalam jumlah besar seperti Jalan Jalan Santai (JJS), senam pagi dan sebagainya. Untuk mengundang minat peserta, biasanya panitia/sponsor menjanjikan berbagai hadiah menarik dengan cara pengundian kupon-kupon peserta yang dibeli atau diperoleh dari panitia atau dengan kuis-kuis dan perlombaan. Dan juga biasanya semua bentuk hadiah sudah disediakan oleh panitia/sponsor sebelum kegiatan dimulai dan sengaja dipamerkan untuk lebih mayakinkan calon peserta.

PERTANYAAN:
a.  Bagaimana hukum (halalkah) hadiah yang diperolah dari hasil pengundian, kuis dan perlombaan seperti tersebut dalam deskripsi di atas, mengingat ada unsur untung rugi dan kalah menang?

JAWABAN :
a.  Hadiah dari suatu undian atau kuis-kuis apabila terdapat unsur untung rugi dari peserta seperti pembelian kopon-kupon hukumnya haram. Sedangkan hadiah dalam perlombaan, apabila hadiahnya diambilkan dari uang pendaftaran hukumnya haram dan apabila tidak diambilkan dari uang pendaftaran hukumnya halal.

REFERENSI :
1. Is'ad al-Rafiq, Juz II, Hal. 102
2. Rawai'u al-Bayan, Juz I, Hal. 179
3. al-Bajuri, Juz II, Hal. 309
4. al-Mughni, Juz X, Hal. 171
5. Fawakih al-Dawany, Juz II, Hal. 285
6. al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Hal. 295
7. Syiraj al-Wahhaj, Hal 569
وعبارته :
1. (كل ما فيه قمار) وصورته المجمع عليها ان يخرج العوض من الجانبين مع تكافئهما وهو المراد من الميسر فى الأية ووجه حرمته ان كل واحد متردد بين ان يغلب صاحبه فيغنم او يغلبه صاحبه فيغرم فان عدل عن ذلك الى حكم السبق والرمي بأن ينفرد احد اللاعبين باخراج العوض ليأخذ منه ان كان مغلوبا وعكسه ان كان غالبا فالأصح حرمته ايضا اهـ (اسعاد الرفيق، جـ 2، صـ 102)
2. اتفق العلماء على تحريم ضروب القمار وأنها من الميسر المحرم لقوله تعالى "قل فيهما اثم كبير" فلكل لعب يكون فيه ربح لفريق وخسارة لأخر هو من الميسر المحرم سواء كان اللعب بالنرد أو السطرنج او غيرهما ويدخل فيه فى زماننا مثل (اليانصيب) سواء منه ما كان بقصد الخير (اليانصيب الخيري) او بقصد الربح المجرد فكله ربح خبيث وان الله تعالى طيب لا يقبل الا طيبا (روائع البيان، جـ 1، صـ 279)

Outopsi Mayat dan Rekonstruksi

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN JUNI  JULI 2007

 
DESKRIPSI MASALAH

Untuk menyilidiki suatu kasus kriminal tertentu, pihak keamanan bersama ahli medis melakukan beberapa hal di antaranya OTOPSI (pembedahan mayat untuk bahan penyilidikan akibat kematian korban) dan REKONSTRUKSI (reka ulang) untuk memastikan tindak kriminal pelaku. Bahkan dalam kasus tertentu pihak terkait kadang-kadang harus melakukan pengawetan mayat korban dengan bahan pengawet seperti formalin dan sejenisnya untuk kepentingan penyilidikan sehingga penguburan mayat bisa tertunda dari waktu yang seharusnya.
Fenomena semacam ini memunculkan wacana baru dalam perspektif fiqih, karena di satu sisi kehormatan mayat harus dijaga dari hal-hal yang menghinakannya dan penguburan mayat hendaknya disegerakan serta dalam rekonstruksi, penyebarluasan kejelekan seseorang adalah sesuatu yang dilarang, sedangkan di sisi yang lain pihak keamanan membutuhkan data-data untuk kepentingan identifikasi dan penyilidikan kasus.

PERTANYAAN:
a. Bagaimana hukum melakukan OTOPSI dalam kasus-kasus kriminal sebagaimana deskripsi di atas?
b. Bagaimana hukum mengawetkan mayat dengan formalin dan sejenisnya untuk kepentingan penyelidikan atau lainnya?
c.  Bagaimana hukum menunda penguburan mayat korban dengan alasan penyilidikan kasus tertentu?
d. Bolehkan pihak keluarga korban menolak Otopsi karena kadang-kadang organ tubuh mayat bagian dalam diambil oleh pihak yang tidak bertanggungjawab?
e. Bagaimana hukum REKONSTRUKSI kasus yang biasanya ditonton orang/disiarkan di media massa?(Saail: MWC Tlanakan)

JAWABAN :
a.  Pada dasarnya OTOPSI hukumnya tidak boleh, tetapi apabila ada dharurat/hajat maka hukunya dirinci sebagai berikut:
Kalau ada kaitannya dengan haqqullah seperti zina hukumnya tidak boleh.
-   Kalau ada kaitannya dengan haqqul adami seperti dalam deskripsi masalah di atas hukumnya boleh, dengan catatan; tidak melebihi kadar kebutuhan penyilidikan, hak-hak ahli waris tidak diabaikan.

REFERENSI :
1. Fiqh al-Islamy, Juz III, Hal. 521-522
2. Fiqh al-Nawazil, Juz II, Hal. 46-47
وعبارته :
1.  وأجاز الشافعية شق بطن الميتة لإخراج ولدها –الى ان قال- وبناء على هذه الآراء المبيحة يجوز التشريح عند الضرورة اة الحاجة بقصد التعليم لأعراض طيبة أو لمعرفة سبب الوفاء واثبات الجناية على المتهم بالقتل ونحو ذلك لأعراض جنائية اذا ناية –الى ان قال- وعلى كل حال ينبغى عدم التوسع فى التشريح لمعرفة وظائف الأعضاء وتحقيق الجنايات والإقتصار على قدر الضرورة او الحاجة وتوفير حرمة الانسان الميت وتكريمه بموارته وستره وجمع أجزائه وتكفينه واعادة الجثمان لحاله بمجرد الانتهاء من تحقيق الغاية المقصودة. (الفقه الاسلامي، جـ 3، صـ 521-522)

Hukum Merokok di Majelis al-Qur'an

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN APRIL MEI 2007

DESKRIPSI MASALAH

UMAR dalam suatu kegiatan rutin bulanan khatmil qur’an di desanya ketika menunggu giliran mengaji dia sambil minum kopi dan merokok di tempat tersebut. Melihat hal tersebut, seorang kyai menegurnya bahwa merokok di majlis al-Qur’an hukumnya haram, sehingga Umar pindah ke luar tetapi asapnya tetap sampai ke dalam majlis.
PERTANYAAN:
a.  Bagaimana hukumnya merokok di majlis al-Qur’an?
b. Apakah yang dimaksud Majlis al-Qur’an adalah tempat yang dibacakan al-Qur’an (dengan memegang Mushhaf atau tidak) atau tempat al-Qur’an walaupun tidak dibaca?
c.  Bagaimana hukumnya merokok di serambi/di luar majlis al-Qur’an yang asapnya sampai ke dalam?
d.  Bagaimana hukumnya membaca do’a-do’a atau amalan-amalan yang di dalamnya terdapat ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat thayyibah sambil merokok dengan alasan agar khusu’?    

JAWABAN :
a.  Ulama berbeda pendapat, ada yang berpendapat haram dan ada pula yang berpendapat makruh.
b. Yang dimaksud dengan majlis al-Qur’an adalah tempat yang dibacakan al-Qur’an atau tempat yang dikhususkan untuk membaca al-Qur’an.
c. Sama dengan jawaban poin (a)
d. Sama dengan jawaban poin (a)

REFERENSI :
1. Qurratu al-‘Ain bi-Fatawi Isma’il, al-Zain, Hal. 36
2. Yas’alu_nak fi al-Din wa al-Hayah, Juz II, Hal. 98
3. Majmu’ Fatawi wa Rasa-il, Hal. 168
4. Syarah Mandzumah Irsyad al-Ikhwan, Hal. 43-50
5. Syarah al-Nawawi, Juz V, Hal. 31
وعبارته :
1.  سؤال: ما حكم شرب الدخان فى المسجد وما حكم شرب الدخان عند قارئ القرآن وبينهما قدر ثلاثة اذرع فهل يعد فى مجلس القرآن فيحرم او لا؟ الجواب والله الموافق للصواب : أن شرب الدخان من حيث هو قد اختلف العلماء فيه فأكثرهم على التحريم وبعضهم قال انه مكروه كراهة تنزيه وهو معتمد مذهب الشافعية لكنهم اجمعوا على أنه قد يعرض له ما يصيره حراما. من ذلك اذا كان بحضرة قراءة القرآن أو حديث نبوي او مجلس علم شرعي أو نحو ذلك من المواضع التي تضم ما تستحقه الأدب والوقار فإن شرب الدخان فيه حينئذ حراما لما فيه من سوء الأدب والاستهتار بمجالس التعظيم –الى ان قال- (مسئلة) ما حكم شرب الدخان عند قارئ القرآن وبينهما قدر ثلاثة اذرع أهو جائز أم لا (الجواب) حرام حيث اعتد انهما فى مجلس واحد كما صرح بذلك فى السم القائل نقلا عن قول الشبراوى الشافعي فى شرح ورد السحر وعبارته قال شيخنا محمد السباعى الذي ندين الله عليه حرمة شرب الدخان فى مجلس القرآن ولا وجه للكراهة بل نقل الامام الحفنى عن بعض أشياخه العارفين أن شربه فى مجلس القرأن يخشى منه سوء الخاتمة اعاذنا الله تعالى منها بمنه وكرمه انه جواد كريم اهـ واذا كان هذا فى مجلس مجالس القرآن وان لم تكن فى المسجد ففى المسجد من باب اولى. (قرة العين بفتاوي اسماعيل الزين، صـ 231-232)

Pemotongan dalam Tata Niaga Tembakau

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN PEBRUARI MARET 2007

 DESKRIPSI MASALAH

Dalam perniagaan tembakau, masyarakat pada umumnya mengenal istilah ”PEMOTONGAN UANG/BARANG” oleh pembeli dengan alasan amal jariyah, ongkos pekerja, resiko dagang dan alasan-alasan lainnya, sehingga praktek tersebut seakan-akan menjadi sistem perniagaan daun emas tersebut yang dimaklumi oleh kebanyakan masyarakat. Namun pada kenyataannya sistem seperti itu memberatkan sebagian penjual walaupun pemotongan tersebut sudah diketahui atau berdasarkan kebiasaan karena kalau 1 bal misalnya dipotong 1 kg maka kalau 100 bal berarti 1 kuintal. Dalam kondisi seperti ini, pihak penjual tidak bisa menuntut banyak karena terikat dengan aturan-aturan pembeli atau sistem perniagaannya.

PERTANYAAN:
a. Bolehkah pembeli melakukan pemotongan dengan jumlah nominal tertentu berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas (besar potongan biasanya ditentukan pihak pembeli secara sepihak dan kadang-kadang tertulis dalam nota jual beli)? Kalau tidak boleh, bagaimana solusinya mengingat hal ini sudah menjadi kebiasaan?

JAWABAN :
a.  Dirinci sebagai berikut:
-  Pemotongan yang sesuai dengan kadar bungkus/kemasan dalam jual beli seperti pemotongan tikar dalam perniagaan tembakau hukumnya boleh.
-  Sedangkan pemotongan dengan alasan-alasan selain bungkus/kemasan tidak boleh apabila dilakukan pada waktu akad (فى صلب العقد), dan apabila disepakati di luar akad baik sebelum atau sesudah akad hukumnya boleh asalkan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.

REFERENSI :
1. Hasyiyah al-Jamal ‘ala Syarah al-Minhaj, Juz III, Hal. 36
2. al-Majmu’, Juz IX, Hal. 304 dan 374-375
3. al-Syarqawi, Juz II, Hal. 52-53
4. al-Asybah wa al-Nadhoir, Hal. 67

Catatan Mushahhih:
Menyikapi hal-hal yang telah terjadi dalam perniagaan tembakau maka yang harus dilakukan adalah pembeli harus mengembalikan atau meminta kerelaan kepada penjual atas setiap bentuk pemotongan yang dilakukan atau penjual meng-ibro’-kan/merelakan haknya jika hal itu memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka pembeli harus menshadaqahkan harta tersebut untuk kemaslahatan umum dengan diatasnamakan orang yang punya hak. Hal tersebut sebagaimana ketentuan dalam syarat-syarat taubat nashuha.
وعبارته :
1. ولو قال بعتك هذا السمن بظرفه او المسك وفأرته كل رطل او كل قيراط بدرهم صح ان علم وزن كل واحد من الظرف والمظروف فيهما وكان الظرف قيمة والا فلا ولو قال بعتكه كل رطل بدرهم على أن يوزن معه الظرف ثم يسقط وزنه صح أو على ان يسقط للظرف ارطال معلومة من غير وزن لم يصح ولو قال بعتكه بعشرة على أن يوزن بظرفه ثم يسقط من الثمن بقدر نسبة وزن الظرف صح ان علما مقدار وزن الظرف والمحطوط والا فلا اهـ برموى (حاشية الجمل على شرح المنهج، جـ3، صـ 36)

Infus Waktu Puasa & Hukum Budidaya dan Jual Beli Jangkrik

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PC. LBM NU PAMEKASAN
BULAN JANUARI 2007

1.  DISKRIPSI MASALAH

Menurut ilmu kedokteran, INFUS adalah memasukkan cairan ke dalam tubuh dengan jarum infuse melalui pembuluh darah balik (vena) kemudian ke jantung dan dipompa sehingga menyebar ke seluruh jaringan/sel-sel tubuh. Dalam anatomi tubuh, di dalam usus besar terdapat banyak jaringan pembuluh darah yang menyerap sari-sari makanan, kemudian dikirim ke jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri. Kemudian darah yang sudah tidak membawa sari makanan kembali lagi ke jantung melalui pembuluh darah balik (vena). Melihat keadaan tersebut, berarti ada hubungan langsung antara usus besar dengan pembuluh darah.
Di dalam Kitab al-Bajuri I/291 dijelaskan bahwa, yang membatalkan puasa bukan hanya masuknya sesuatu melalui lubang tubuh yang terbuka permanen (المنفتح اصالة), tapi juga yang melalui lubang tubuh yang terbuka insidentil (المنفتح عرضا), seperti kantong otak yang terluka. Di dalam kitab tersebut juga disebutkan bahwa, istilah جوف  bukan hanya untuk rongga tubuh yang mempunyai kekuatan merubah makanan (قوة إحالة الغذاء والدواء), tapi jalan yang menuju ke rongga tersebut (طريقا للذي يحيل الغذاء) juga termasuk جوف , seperti kantong kencing (مثانة), kantong otak (خريطة الدماغ). Benda apapun yang masuk ke rongga tersebut melalui luka/tusukan yang disengaja dapat membatalkan puasa.
PERTANYAAN:
a. Dapatkah pembuluh darah yang dimasuki jarum infus dimasukkan dalam kriteriaجوف , mengingat berhubungan erat dengan usus besar, sehingga apakah bisa dikatakan (طريقا للذي يحيل الغذاء) dan apabila ditusuk dengan jarum apakah juga termasuk (المنفتح عرضا)? Sebagai perbandingan, saluran kencing/susu احليل)) saja dimasukkan kriteria جوف.
b. Apabila tidak, mohon dijelaskan!. Apabila ya, berarti orang puasa yang diinfus, puasanya batal. Kenyataannya melalui jarum infus orang menghabiskan beberapa liter cairan. Jadi apabila pembuluh darah sekedar disamakan dengan pori-pori kulit (المسام) mungkin kurang bisa diterima.                                                                                                                          Saail : MWC NU KADUR
JAWABAN :
a.  Tidak dapat dimasukkan dalam kriteria جوف.
b.  Pembuluh darah tidak dapat dikategorikan lubang tembus (منفذ) yang menuju جوف karena masuknya sesuatu ke dalam tubuh yang dapat membatalkan puasa apabila masuk melalui منفذ baik melalui lubang tubuh yang terbuka permanen (المنفتح اصالة) ataupun yang terbuka insidentil (المنفتح عرضا). Oleh karena itu masuknya cairan melalui pembuluh darah dapat disamakan dengan masuk melalui pori-pori tubuh karena keduanya bukan merupakan منفذ sehingga tidak membatalkan puasa.

REFERENSI :
1. al-Bajuri, Juz I, Hal. 290-291
2.  Fathu al-Wahhab, Juz I, Hal. 120
3. Syarwani, Juz III, Hal. 403
4. Yas’alu_nak fi al-Dien wa al-Hayah, Juz IV, Hal. 140-141
5. Hawasyi al-Madaniyah, Juz II, Hal. 176
وعبارته :
1.  وثانيها ما وصل عمدا الى الجوف المنفتح أو غير المنفتح كالوصول من مأمومة الى الرأس. قوله الى الجوف المنفتح أي اصالة انفتاحا ظاهرا محسوسا فلا يضر وصول الكحل من العين أو الدهن أو ماء الاغتسال وان وجد له اثرا بباطنه بتشرب المسام وهي ثقب الجسد جمع سم بتثليث السين والفتح افصح لان ذلك ليس من منفذ مفتوح انفتاحا ظاهرا محسوسا لان انفتاح المسام لا يحس وقوله غير المنفتح أي اصالة فلا ينافى أنه منفتح عرضا بواسطة جرح ولذلك جعلوا المنفتح قيدا ليخرج ما وصل من المسام ويدل على كون المراد ذلك قوله كلوصول من مأمومة الى الرأس فان المأمومة بالهمز جرح يصل الى خريطة الدماغ قفد صدق على ذلك أنه منفتح عرضا -الى ان قال- قوله الى ما يسمى جوفا أي وان لم يكن فيه قوة احالة الغداء والدواء كحلق ودماغ وباطن اذن وبطن واحليل ومثانة بمثلثه وهي مجمع البول لكن لا بد ان يكون شأنه أن يحيل ذلك أو طريقا للذي يحيله بخلاف نحو داخل ورك وفخد اهـ (الباجوري، جـ1، صـ 290-291)

Back To Top